LINGKUNGAN
PERKEMBANGAN ANAK
Latar
belakang
Lingkungan merupakan salah satu
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Ada tiga klasifikasi ligkungan perkembangan
utama yang di kenal, yakni lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan,tiga macam
lingkungan tersebut dikenal sebagai tripusat pendidikan.
Masing-masing lingkungan memberikan
kontribusi tertentu terhadap perkembangan anak. Namun pengaruh dari
masing-masing lingkungan tersebut tidak bisa dipilah-pilah secara pasti. Karena
itu, yang terutama diperlukan disini adalah bukan menghitung persentase dan
menentukan wujud pasti pengaruh dari masing-masing lingkungan tersebut, melainkan
memahami proses-proses interaktif yang terjadi pada masing-masing lingkungan
tersebut serta kemungkinan-kemungkinan pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
- Lingkungan Keluarga
a.
Pentingnya Peran Lingkungan Keluarga dalam
Konteks Perkembangan Anak.
Sejak lama, keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini mengindikasikan betapa
esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam pembentukan perilaku
dan kepribadian anak.
Dalam
prakteknya, bagaimanapun pengaruh keluarga itu akan bervariasi. Hal itu
tergantung kepada bentuk, kualitas, dan intensitas perlakuan yang terjadi, disamping
tergantung pula kepada kondisi anak sendiri. Walaupun ada semacam
prinsip-prinsip umum yang dapat dijadikan bahan rujukan oleh orang tua dalam
memperlakukan anak, unsur keunikan anak tetap merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan.
b.
Pengaruh Keluarga terhadap Perkembangan Anak
Dilihat dari
proses dan materi interaksi pada masing-masing lingkungan, secara logis dapat
diperkirakan perilaku-perilaku apa yang terutama dipengaruhi oleh pengaruh
lingkungan dari pada lingkungan keluarga. Peran keluarga lebih banyak bersifat
memberikan dukungan baik dalam hal penyediaan fasilitas maupun penciptaan
suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku, sikap
dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan
keluarga bisa memberikan pengaruh yang sangat dominan. Selanjutnya, Radin
(Seifert & Hoffnung, 1991) menjelaskan enam kemungkinan cara yang dilakukan
orang tua dalam mempengaruhi anak, yakni sebagai berikut :
1. Pemodelan perilaku (modeling of behaviours)
2. Memberikan ganjaran dan hukuman (giving rewards
and punishments)
3. Perintah langsung (direct instruction)
4. Menyatakan peraturan-peraturan (stating rules)
5. Nalar (reasoning)
6. Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana (providing
materials and settings)
c.
Kualitas Hubungan orangtua-anak
Seiring dengan
perubahan-perubahan yang dialami anak usia SD, pola dan bentuk hubungan
orangtua-anak mengalami perubahan. Perlakuan orangtua lajimnya semakin memberi
kesempatan kepada anak untuk berbuat secara lebih mandiri.
Pada masa usia
kanak-kanak (pendidikan prasekolah), pengawasan orangtua terhadap anak menjadi
kurang. Kecuali memainkan benda-benda yang dianggap membahayakan sepeti pisau
dan gunting, orangtua biasanya sudah lebih banyak memberikan keleluasaan kepada
anak.
d.
Gaya
Pengasuh Orangtua dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan anak
Gaya pengasuhan orang tua (Parenting style) adalah cara-cara orangtua berinteraksi secara umum
dengan anaknya. Dalam hal ini banyak macam klasifikasi yang dapat dilakukan, salah
satunya adalah klasifikasi berikut : otoriter, permisif, dan otoritatif.
GAYA PENGASUHAN ORANGTUA
YANG OTORITER, PERMISIF, DAN
OTORITATIF
Tipe
|
Perilaku Orangtua
|
Karakteristik Anak
|
Otoriter
|
Kontrol yang ketat dan penilaian yang kritis terhadap perilaku
anak; sedikit dialog (memberi dan menerima) secara verbal; serta,kurang
hangat dan kurang terjalin secara emosional.
|
Menarik diri dari pergaulan serta tidak puas dan tidak dan tidak
percaya terhadap orang lain.
|
Permisif
|
Tidak mengontrol; tidak menuntut; sedikit menerapkan hukuman atau
kekuasaan; penggunaan nalar; hangat dan menerima.
|
Kurang dalam harga diri,kendali diri,dan kecendrungan untuk
berekplorasi.
|
Otoritatif
|
Mengontrol; menuntut; hangat; reseftif,rasional;berdialog (memberi
dan menerima) secara verbal; serta menghargai disiplin,kepercayaan diri,dan
keunikan.
|
Mandiri;bertanggung jawab secara sosial;memiliki kendali
diri,bersifat eksploratif,dan percaya diri
|
e. Persoalan-persoalan
Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak
1.
Orangtua yang Bekerja
2.
Orangtua yang Bercerai
- Lingkungan Sekolah
a. Fungsi dan Peran Sekolah
dalam Perkembangan Anak
Sekolah telah menjadi bagian dari
kehidupan anak-anak. Selama kurang lebih lima
sampai enam pada hampir setiap hari, umumnya anak-anak berada disekolah. Mereka
berada disekolah bukan hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai
kegiatan yang telah dirancang dan diprogram sedemikian rupa. Karena itu, disamping
keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi perkembangan anak.
Dilihat dari tuntutan perkembangan
kehidupan ini, tampaknya memang hampir tak mungkin bagi sebuah keluarga untuk
menyediakan suatu lingkungan yang dapat memfasilitasi segenap aspek
perkembangan anak secara optimal tanpa dukungan sekolah.
Kegiatan utama anak di sekolah adalah
mengikuti kegiatan pembelajaran yang sangat berkaitan dengan proses
pengembangan kognisi anak. Dilihat dari kegiatan utama ini, yakni proses
pembelajaran, secara logis kita akan mudah memahami bagaimana kontribusi sekolah
dalam mengembangkan aspek kognisi anak.
b. Perubahan Konteks Sosial di
Sekolah
Sejalan dengan perkembangan anak, konteks
sosial disekolah juga mengalami perubahan. Artinya konteks sosial pada level
sekolah tententu berbeda dengan konteks sosial pada level sekolah lainnya. Sebagai
konsekunsi dari adanya perbedaan kurikulum dan kultur sekolah, pada akhirnya
tuntutan terhadap perilaku anakpun berubah pula. Kalau pada saat pra sekolah
mereka lebih banyak diperlakukan secara informal dan banyak terlibat dalam
aktivitas-aktivitas yang sifatnya bermain, maka sekarang mereka dituntut lebih
banyak mempelajari aspek-aspek akademik seperti baca, tulis, hitung dengan cara
yang lebih formal.
c. Struktur dan Iklim Kelas
dan Sekolah
Struktur dan iklim kelas juga
merupakan salah satu unsur pokok yang akan turut mewarnai perilaku anak.
Struktur kelas dimaksudkan sebagai pola-pola hubungan yang dikembangkan dalam
proses interaksi atau aktivitas kelas, sedangkan iklim kelas menyangkut suasana
sosioemosional yang berkembang dan dialami oleh anggota kelas, khususnya anak, disaat
kegiatan kelas berlangsung. Keterkaitan antarastruktur dan iklim kelas sangat
erat. Maksudnya, struktur atau pola hubungan yang diciptakan guru dikelas akan
sangat menentukan suasana interaksi yang dialami oleh anak.
d. Karakteristik dan
Penampilan Guru
Sebagaimana halnya orang tua dirumah,
Guru memegang peran yang sangat sentral dalam menciptakan suasana sekolah dan
kelas sebagaiman dideskripsikan diatas. Ia merupakan figur utama bagi anak-anak
disekolah. Karena itu, bukan saja cara dan kemampuan guru dalam mengajar yang
akan mempengaruhiprilaku dan perkembangan anak, melainkan keseluruhan pribadi
dan penampilan guru. Seorang guru yang berprilaku agresif, tegang, dan/atau
diliputi oleh banyak kecemasan, misalnya akan lebih cenderung untuk memunculkan
suasana kelas yang menegangkan dan mungkin membingungkan anak. Sebaliknya guru
yang berpenampilan tenang, antusias, respek, dan responsif terhadap anak akan
lebih memungkinkan untuk dapat menciptakan suasana sekolah dan kelas yang
kondusif bagi proses pembelajaran.
- Lingkungan Masyarakat dan Pengaruh Media Informasi
Masyarakat tempat anak-anak hidup dan
bergaul dengan anak-anak dan orang dewasa lainnya juga merupakan lingkungan
perkembangan yang memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam pembentukan
kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka bergaul, disana mereka , lihat
orang-orang berprilaku, disana mereka menyaksikan berbagai peristiwa, dan
disana pula mereka menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogyanya
dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman interaksional anak pada
masyarakat ini akan memberi kontribusi tersendiri dalam pembentukan prilaku dan
perkembangan pribadi anak.
Kalau dihubungkan dengan lingkungan
keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat itu bisa mendukung apa yang
dikembangkan dirumah dan di sekolah. Selanjutnya perlu dipahami pula bahwa
berbeda dengan kasus keluargadan sekolah, dilingkungan masyarakat susah
menentukan siapa yang sebenarnya paling bertanggung jawab. Dirumah, orangtua
bisa didudukan sebagai orang yang paling bertanggung jawab : disekolah guru
bisa diposisikan sebagai orang yang paling bertanggung jawab : imasyarakat, siapa
penanggung jawabnya ? kalaupun dimasyarakat itu ada tokoh masyarakat, tokoh agama,
ada penguasa, dan semacamnya : namun posisi mereka angat berbeda dengan
orangtua dirumah dan guru di sekolah. Karena itu pada akhirnya tanggung jawab
itu akan kembali kepada keluarga masing-masing dan individu masing-masing yang
hidup disana. Baik tidaknya lingkungan masyrakat akan tergantung oleh
keluarga-keluarga yang membangun masyarakat yang bersangutan. Selanjutnya
berkenaan dengan kehidupan di masyarakat ini ada dua hal pokok yang secara
khusus akan diuraikan secara lebih lanjut,yakni berkenaan dengan pergaulan
dengan teman sebaya (anak tetangga) dan pengaruh media informasi yang
akhir-akhir ini mencemaskan banyak orang tua.
a. Pergaulan dengan teman Sebaya (Anak tetangga)
Sebagaimana diungkapkan, bahwa
memasuki usia SD anak semakin berminat terhadap teman sebayanya dan dengan
sendirinya akan mengurangi kesempatan berinteraksi dengan orangtuanya. Mereka
akan membangun suatu komunitas dan lingkungan “masyarakat” sendiri yang
tentunya berbeda dengan komunitas orangtua. Artinya mereka memiliki
harapan-harapan sendiri, kultur sendiri, dan memiliki kepentingan sendiri yang
berbeda dari apa yang dimiliki oleh orangtua.
Dalam
menghadapi gejala prilaku anak diatas ada beberapa hal yag sangat diperlukan
oleh orangtua. Pertama adalah
kesadaran orangtua bahwa anaknya sedang terus berkembang. Kedua adalah perlunya kerjasama yang saling
menguntungkan diantara orangtua anak yang bertetangga. Mereka hendaknya saling
berkomnuikasi, saling memberi informasi, dan saling memperhatikan anak.
b. Menjaga Anak dari Pengaruh Negatif Media
Informasi
Unsur hiburannya yang semakin banyak membuat anak-anak tampak
semakin akrab dengan tayangan-tayangan televisi. Dibanding dengan jam
belajarnya dirumah, jumlah jam untuk nonton TV umumnya jauh lebih banyak.
Sayangnya tidak semua tayangan-tayangan tontonan itu cocok untuk ditonton oeh
anak. Beberapa diantaranya bahkan ada yang bisa berpengaruh negatif terhadap
perkambangan anak. Bukan hanya jam belajrnya yang berkurang,tetapi lebih parah
lagi dapat merangsang berkembangnya prilaku-prilaku negatif pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar